Jumat, 22 Juni 2012

 
MAKALAH
SISTEM MANAJEMEN PONDOK PESANTREN
Mata Kuliah :Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu : Bpk. Ibnu Fikri


         


Disusun oleh :

                                                    SITI KHOMSATUN            101111091




FAKULTAS DAKWAH
IAIN WALISONGO SEMARANG
2011/2012

A. PENDAHULUAN

Pondok pesantren mahasiswa merupakan tempat tinggal bagi mahasiswa yang juga mempunyai keinginan untuk memperdalam ilmu agama di pondok tersebut. Seperti yang sudah kita ketahui bersama layaknya sebuah lembaga lain tentunya memiliki manajemen yang akan mengarahkan langkah suatu lembaga itu, Begitu pula dengan pondok pesantren mahasiswa tentunya memiliki menajemen dalam menjalankan program-program agar pembelajaran dan aktifitas santri lebih maksimal sesuai denga yang di harapkan.

Suatu manajemen pondok pesantren mahasiswa tentu akan sangat berbeda penerapannya dengan pondok pesantren salafiyah pada umumnya karena pemikiran dan orientasi penghuni pondok yang pasti berbeda. Untuk lebih jelasnya di dalam karya tulis ini akan di bahas manajemen pondok pesantren mahasiswa sehingga dapat di katakan ideal.

 B. RUMUSAN MASALAH 

• Bagaimana manajemen pondok pesantren mahasiswa dapat di katakan ideal?
• Prinsip apa yang di gunakan pondok pesantren sehingga di katakan ideal?
• Bagaimana pola kepemimpinan pada pondok pesantren ideal?


C. PEMBAHASAN

A. Manajemen pondok pesantren mahasiswa yang ideal.


Kata pesantren berasal dari kata ‘santri’ yang memiliki arti istilah yang di gunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di lembaga pendidikan islam tradisional di jawa. Kata santri yang mendapat imbuhan ‘pe’ di awal dan ‘an’ di kahir memiliki arti tempat para santri menuntut ilmu.
Kebanyakan pondok pesantren menerapkan manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, ke sukarelaan, yang biasanya di kenal dengan istilah khusus dengan “lillahi ta’ala”. Konsep lillahi ta’ala menjiwai hamper semua aktifitas pada pondok pesantrenn. Hanya saja konsep tersebut pada masa lalu banyak memiliki kelemahan yang utamanya disebabkan karena tidak di imbangi dengan kemampuan dan profesionalismen yang memadai sehingga pelaksanaan manajemen pada pondok pesantren tersebutapabila dilihat dari kacamata modern tampak ‘amburadul’ dan kurang efisien. Meski tidak dapat di pungkiri konsep lilahi taala dapat menjadi modal dasar utama dalam kehidupan pondok pesantren tradisional selama ini serta menjadikan pondok pesantren menjadi tahan banting dari segala gangguan dan pengaruh perubahan jaman.
Karateristik Manajemen berbasis pondok pesantren dapat di analisi dengan pendekatan
system yaitu dari segi input-proses-output.

1. Output yang di harapkan.
Pondok pesantren harus memiliki target output yang di harapkan adalah prestasi pondok pesantren yang di hasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran serta manajemen y6ang ada di pondok pesantren. Yang pada umumnya di klasifikasikan menjadi empat yaitu :
a. Output berupa prestasi pengetahuan akademik-keagamaan.
Prestasi pengetahuan yang merupakan output andalan dan sekaligus menjadi ciri khas dari pendidikan di pondok pesantrentanpa output tersebut secara baik maka suatu pondok pesantren akan kehilangan jati dirinya yang memang ahli dalam bidang ilmu agama islam. Output ini di tandai dengan tingginya penguasaan lulusan dalam bidang keagamaan misalanya: kemamp[uan dalam bidang bahasa arab yang sangat mahir dengan nahwu sharafnyam dapat membaca kitab kuninng secara bagus, membaca la-Quran dengan sangat lancer, menguasai hokum islam secara baik, memiliki akhlak yang baik, memiliki ketrampoilan berdakwah secara bagus, memiliki wawasan keislaman secara baik, dan kemampuan keislamannya yang lain secara baik pula.

b. Output berupa prestasi pengetahuan akademik –umum.
Prestasi pengetahuan yang merupakan di harapkan dapat meningkatkan para lulusan pondok pesantren agar ahli dalam mata pelajaran seperti matematika, sains, bahasa Indonesia serta bahasa asing sebagai modal dalam peningkatan kemampuan serta memenangkan pesaingan yang ketat di era global. Untuk mencapai bidang ini di harapkan sebuah pondok pesantren mau melakukan kerja sama dengan lembaga lain.

c. Output berupa prestasi dalam hal ketrampilan/kecakapan hidup.
Dengan di bekalinya ketrampilan/kecakapan hidup (life skill achiefement) di harapkan para santri setelah keluar dari pondok pesantren dapat hidup mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Misalnya di ajarkannya cara penulisan buku yang memang ketika ia menunut ilmu di universitas sudah di bekali untuk itu, media dakwah modern, dan ketrampilan lain yang intinya dapat meningkatkan skill para santri.

d. Output berupa prestasi dalam bidang non akademik
Kemampuan yang tentunya dapat mendukung dari tiga kemampuan di atas misalnya: rasa kasih saying yang tinggi terhadap sesame, kejujuran, keingintahuan yang tinggi, kedisiplinan, dan dapat bekerjasama dengan baik kepada sesamebaik secara looperatif maupun secara kolaboratif.

2. Proses di pondok pesantren.


Di antara karakteristik yang harus di miliki oleh ondok pesantren mahasiswa yang ideal adalah:
a. Menjunjung tinggi IMTAQ dan akhlakul karimah.
b. Proses pembelajaran di pondok pesantren yang memiliki keefektifan yang tinggi sehingga membedakan dengan lembaga lain.
c. Adanya kepemimpinan pondok pesantren yang kuat.
d. Lingkungan pondok pesantren yang aman dan tertib yang menjadikan mahasiswa tidak kelayapan mengurusi hal-hal yang tidak berguna
e. Adanya pengelolaan tenaga yang efektif.
f. Pondok pesantren memiliki kelompokj kerja (team work) yang cerdas, dinamis, dan kompak.
g. Pondok pesantren memiliki kemandirian yang tinggi.
h. Adanya partisipasi yang tinggi dari warga pondok pesantren dan masyarakat.
i. Adanya transparansi manajemen.
j. Adanya kemampuan dan kemauan untuk berubah.
k. Adanya perencanaan, evaluasi, dan perbaikan secara berkala.
l. Pondok pesantren responsive, dan antisipatif, terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
m. Pondok pesantren memiliki komunikasi yang baik.
n. Pondok pesantren memiliki akuntabilitas yang tinggi.
o. Pondok pesantren memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas (kelangsungan hidupnya) secara baik.

3. Input pondok pesantren.


Karakteristik dari pondok pesantren yang efektif di antaranya memiliki inpuit dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Adanyan kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas.
b. Sumber daya tersedia dan siap.
c. Staf yang kompeten berdedikasi tinggi dan berakhlakulk karimah.
d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
e. Focus pada pelanggan khususnya para santri
f. Adanya input manajemen yang memadai untu7k menjalankan roda pondok pesantren (adanya tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung pelaksanaan rencana, adanya aturan yang jelas dan tegas, serta adanya system pengendalian mutu yang efektif.
Apabila ada 3 aspek ini yang meliputi input, proses dan output maka di harapkan setiap santri tentunya akan mendapatkan bekal yang cukup sehingga setelah keluar dari pondok pesantren kelak seorang santri tak kan mungkin membebankan hidupnya kepada orang lain dan dia akan mampu hidup mandiri.


B. Prinsip Pondok Pesantren Mahasiswa Ideal


Beberapa prindip yang harus di miliki oleh pondok pesantren sehingga dapat di katakana ideal adalah sebagai berikut:
1. Teosentrik
2. Ikhlas dan pengabdian
3. Kearifan
4. Kesederhanaan
5. Kolektifitas (barokatul jama’ah)
6. Mengatur kegiatan bersama
7. Kebebasan terpimpin
8. Kemandirian
9. Tempat menuntut ilmu dan mengabdi
10. Mengamalkan ajaran agama
11. Belajar di pesantren bukan untuk mencari sertifiikat/ijazah saja
12. Kepatuhan terhadap kyai

Sedangkan pesantren juga memiliki peran dan fungsi yang setiap tahun selalu berubah, ketika awal (masa syaikh maulana malik Ibrahim) lembaga pondok pesantren memiliki fungsi sebagai pusat pemdidikan dan penyiaran agama islam. Kedua fungsi ini bergerak saling menunjang pendidikan dapat di jadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah sementara dakwah dapat di manfaatkan sebagai sarana dalam membangun system pendidikan.

C. Pola kepemimpinan Pondok Pesantren Ideal
Kefektifan perilaku kepemimpinan dapat di teropong dari beberapa sudut pandang diantaranya :
a. Sudut pandang kekuasaan.
Dari sudut ini seorang pemimpin dapat menggunakan secara otoriter, demokrasi dan leissez faire.
Di dalam agama islam sosok sebagai kyai adalah seseorang yang memiliki gelar yang harus di hormati layaknya raja, sehingga seseorang yang menjadi kyai dia akan di patuhi semua apa yang ia katakana oleh masyaraket setempat. Posisi yang serba menentukan itu akhirnya justru cenderung menyumbangkan terjadinya otoritas mutlak, Seorang kyai adalah sosok yang mengendalikan sumber-sumber terutama pengetahuan dan wibawa.yang merupakan bagi santrinya . maka kyai menjadi tokoh yang melayani sekaligus melindungi santri.

b. Sudut pandang tingkah laku.
Dari sudut pandang tingkah laku ini seorang pemimpin dapat menggunakan gaya kepemimpinan yaitu :
1. Menunjukkan masalah, alternative pemecahan masalah, dan apa yang harus di lakukan oleh kelompok.
2. Menjual keputusan dengan meyakinkan kelompok, bbahwa keputusan itu paling baik dan harus di laksanakan.
3. Menguji kelompok melalui pelemparan masalah dan alternative pemecahan sedangkan keputusan di ambilsetelah adanya reaksi dari kelompok.
4. Berkonsultasiatau menggabungkan diri dengan kelompok dalam arti berpartisipasi di dalam kerja kelompok.
5. Menyerahkan kepada kelompok kekuasaan untuk mengambil keputusan dan mengakui keputusan itu.

c. Sudut tolehan ke depan.
Perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tolehan ke depan terdapat dua gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Berorientasi pada pencapaian tujuan, walaupun suasana tegang.
2. Berorientasi pada pemeliharaan suasana kerja yang akrab, meskipun memungkinkan tujuan tidak tercapai.

Sehingga dari ke dua gaya tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :
a. Pemeliharaan suasana kerja rendah, upaya pencapaian tujuan rendah
b. Upaya pemeliharaan suasana kerja tinggi, pencapaian tujuan rendah.
c. Upaya pencapaian tujuan rendah, suasana kerja tinggi.
d. Upaya pencapaian tujuan tinggi, suasana pemeliharaan kerja rendah.

d. Sudut pandang waktu
1. Gaya lepemimpinan permanen yaitu gaya dasar yang sangat sulit berubah.
2. Gaya kepemimpinan situasional yaitu gaya kepemimpinan yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan sewaktu-waktu.


PENUTUP

  Demikianlah makalah yang kami buat, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah kami bermanfaat bagi kita semua, amin.

KESIMPULAN
 Pondok pesantren menerapkan manajemen yang berorientasi pada penanaman jiwa ketulusan, ke sukarelaan, yang biasanya di kenal dengan istilah khusus dengan “lillahi ta’ala”. Konsep lillahi ta’ala menjiwai hamper semua aktifitas pada pondok pesantrenn. Hanya saja konsep tersebut pada masa lalu banyak memiliki kelemahan yang utamanya disebabkan karena tidak di imbangi dengan kemampuan dan profesionalismen yang memadai sehingga pelaksanaan manajemen pada pondok pesantren tersebutapabila dilihat dari kacamata modern tampak ‘amburadul’ dan kurang efisien. Meski tidak dapat di pungkiri konsep lilahi taala dapat menjadi modal dasar utama dalam kehidupan pondok pesantren tradisional selama ini serta menjadikan pondok pesantren menjadi tahan banting dari segala gangguan dan pengaruh perubahan jaman. Karateristik Manajemen berbasis pondok pesantren dapat di analisi dengan pendekatan
system yaitu dari segi input-proses-output.
Beberapa prindip yang harus di miliki oleh pondok pesantren sehingga dapat di katakana ideal adalah sebagai berikut: Teosentrik, Ikhlas dan pengabdian, Kearifan, Kesederhanaan, Kolektifitas (barokatul jama’ah), Mengatur kegiatan bersama, Kebebasan terpimpin, Kemandirian, Tempat menuntut ilmu dan mengabdi, Mengamalkan ajaran agama, Belajar di pesantren bukan untuk mencari sertifiikat/ijazah saja, Kepatuhan terhadap kyai.
Kefektifan perilkaku kepemimpinan dapat di teropong dari : Sudut pandang kekuasaan, Sudut pandang waktu, Sudut tolehan ke depan, Sudut pandang tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA

Sulton, M, Khusnuridlo, Moh, Manajemen Pondok Pesantren dalam perspektif global, Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2006

Asrohah, Hanun, Pelembagaan Pesantren :asal –Usul dan prkembangan Pesantren di Jawa, Jakarta: Bagian proyek, peningkatanm informasi penelitiasn dan diklat keagamaan separtemen agama RI, 2004

Qomar,, Mujamil, Pesantren : Dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi, Jakarta: Erlangga, 2002
M.M. billah,’pesantren dan pemberdayaan masyarakat memasuki millennium III’ makalah di sampaikan pada seminar di hotel sahid jaya Jakarta 8-9 November 1999